
Jakarta - Masih ingat Jeong Seok-seo alias Jeje? Ia bagian tak terpisahkan dari Timnas Indonesia, saat Skuad Garuda masih ditukangi Shin Tae-yong.
Menyukai sepak bola sejak sekolah dasar, Jeje akhirnya bisa berada di lingkaran eksklusif Timnas Indonesia karena peran sentralnya sebagai penerjema Shin Tae-yong.
Jeje sudah berada di Indonesia, tepatnya di Jakarta, pada 2008. Ketika itu ia mengikuti ayahnya yang menjalankan bisnis di Jakarta, di mana ia bersekolah di sekolah lokal yang sebagian besar merupakan Warga Negara Indonesia.
Meski awalnya kesulitan, tetapi pelan tapi pasti Jeje akhirnya fasih berbahasa Indonesia, dengan logat Jakarta tentu saja. Ia tetap bertahan, meski sang ayah memutuskan pulang ke Korea Selatan.
Takdir kemudian mempertemukannya dengan STY, pelatih yang ditunjuk PSSI guna menukangi Timnas Indonesia pada Januari 2020.
Kendala bahasa membuat PSSI akhirnya memutuskan mencari seorang penerjemah asal Korsel yang menjadi 'jubir' sang pelatih.
Cerita Mendapatkan Pekerjaan untuk Shin Tae-yong

Lewat kanal YouTube T10 TV belum lama ini, Jeje berkisah lagi ihwal kariernya sebagai penerjemah bagi Shin Tae-yong dan kisah menarik lainnya yang tak banyak diketahui orang.
"Dari SMA saya bisa cepat belajar bahasa Indonesia karena memang sekolah lokal. Jadi saya butuh uang waktu itu. Jadi enggak sengaja saya dapat kerja translate," kata Jeje.
"Di tengah-tengah itu tiba-tiba ada satu teman, translator juga, dia berikan kerja. Katanya ini tentang sepak bola. Wah, saya senang sekali dong."
"Apalagi saya dulu suka sepak bola dan memang mau jadi pemain sepak bola. Ternyata ya katanya coach Shin Tae-yong datang. Langsung saya mau," imbuhnya.
Menurut Jeje, ia menerima pekerjaan ini pertama kali bukan dari PSSI, melainkan dari orang lain.
"Itu pun bukan dari PSSI langsung. Mungkin PSSI lempar ke orang lain, tetapi mereka enggak bisa dan akhirnya dilempar ke saya. Jadi saya datang. Pertama kali ketemu coach Shin Tae-yong di Hotel Mulia," tukas Jeje.
Konferensi Pers Perkenalan Shin Tae-yong, Momen Tak Terlupakan

Jeje lantas membeberkan kisah yang tak akan dia lupakan seumur hidup, terkait awal tugasnya sebagai penerjemah bagi Shin Tae-yong.
"Ada kejadian, sepertinya enggak pernah dibicarakan. Jadi, waktu itu memang ada meeting hampir tiga hari dengan PSSI dan saya pun memang tiga hari katanya freelance."
"Ya sudah, saya menjadi jembatan antara PSSI dan coach Shin Tae-yong. Dan, ya enggak ada masalah komunikasi ya waktu itu. Habis itu, hari ketiga katanya press conference di Pakansari buat tanda tangan kontrak."
Sialnya, Jeje tak memahami apa itu press conference dan tak punya persiapan. Padahal setelah jumpa pers, ia harus menyampaikan keterangan kepada para wartawan.
"Saya enggak tahu itu ngapain, enggak paham press conference itu seperti apa. Ya sudah kami datang, ngobrol-ngobrol, tanda tangan di depan kamera dan lain-lain. Saya enggak ada persiapan apa-apa, enggak menyiapkan kertas juga buat catat-catat," ujarnya seraya tertawa.
"Saya masuk ke tempat press conference, busyet kamera. Tahu enggak sih, seperti di drama-drama ada cekret-cekret. Banyak banget orang. Itu first time buat saya."
"Datang enggak ada persiapan, enggak bawa laptop, enggak bisa mencatat. Wah, ini harus mengandalkan otak saya sendiri dengan situasi yang benar-benar banyak kamera dan banyak orang."
"Sudah, di situ saya translate. Sengaja saya ngomong pelan banget waktu itu. Sengaja, karena itu press conference yang enggak boleh salah satu kata pun. Jadi mau menyampaikan yang terbaik, sengaja pelan-pelan."
"Setelah selesai, banyak yang mengejek 'itu translator kok enggak bisa bahasa Indonesia, ngapain dipilih'. Setelah saya tonton, juga memang agak lama. Namun, ya secara keseluruhan tidak terlalu jelek, tapi memang tidak terlalu profesional waktu itu," pungkasnya.